Label

Minggu, 22 Desember 2013

Aspek Sosial Mempengaruhi kesehatan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007). Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan masih jauh dari yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak terjadi. Beberapa diantaranya adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu burung, dan sebagainya yang semakin menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk yang semakin marak, prioritas kesehatan rendah, serta tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi. sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, merubah pola hidup ataupun kebudayaan tentang kesehatan yang biasa kita lakukan dan mengikuti perubahan zaman.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Aspek sosial apa saja yang mempengaruhi kesehatan ?
2.      Aspek social budaya yang mempengaruhi Perilaku/ status  kesehatan ?

1.3 Tujuan                                                                                   
Tujuan dari pembuat makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas kuliah juga agar kita mengetahui apa saja aspek aspek social budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Aspek Sosial Yang Mempengaruhi Kesehatan
Aspek sosial yang akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam bidang kesehatan diantaranya adalah :

A.   Pengaruh self Concept  terhadap perilaku
Self Concept  ditentukan oleh tingkatan kepuasan yang dirasakan oleh diri sendiri terutama bagaimana  cara individu itu dapat merefleksikan kepuasannya kepada orang lain. Apabila orang lain  merasakan kepuasan yang kita berikan direspon sebagai hal yang positif maka orang lain akan merasakan kepuasan yang yang sama. Tetapi sebaliknya apabila kepuasan yang kita berikan direspon negatif oleh masyarakat maka dalam jangka waktu lama masyarakat akan merasa tidak puas. Kondisi semacam ini kita harus melakukan promosi bagai mana tingkat kepuasan yang kita terima akan direspon positip bagi orang lain . Misal : apabila kita merasa puas dengan sistem kartu gosok pendaftaran, sedangkan orang lain merasa lebih repot, maka Rumah Sakit harus melakukan upaya penjelasan sistem tersebut justru akan lebih memudahkan. Self Contact  adalah hal yang penting dalam upaya kesehatan, karena akan mempengaruhi perilaku masyarakat

B.  Pengaruh Image kelompok terhadap perilaku kesehatan
Image  perorangan akan sangat dipengaruhi oleh image  kelompok
Sebagai  Contoh:
“ seorang guru apabila sakit akan berobat ke dokter, sedangkan bapak petani apabila sakit pergi ke dukun, maka akan berpengaruh pada keluarga petani juga akan berobat ke dukun, walaupun sekolah menganjurkan ke Puskesmas,
Image masyarakat bahwa patah tulang harus disembuhkan pada dukun sangkal putung maka apabila ada keluarga kita patah tulang akan dibawa ke sangkal putung bukan ke dokter orthopedi ”


C.   Pengaruh Indentifikasi Individu dalam kelompok terhadap perilaku kesehatan
Beberapa indentitas sosial yang mempengaruhi status kesehatan diantaranya :
(1) Umur,
(2) Jenis kelamin,
(3) Pekerjaan,
(4) Sosial ekonomià dalam segi epidemiologi faktor individu sangat berpengaruh dalam status kesehatan disamping, lingkungan dan agent.
Indentifikasi tersebut akan mempengaruhi dalam pembentukan kelompok sosial dan cara aktifitasnya, dimana kelompok sosial kemudian membentuk budaya/ perilaku kelompok.
Contoh : Perilaku anak muda yang merokok dimulai dari individu dalam kelompok, Kelompok kerja dengan debu akan merangsang orang lain pakai masker dll. Perilaku kelompok suatu desa lebih senang BAB disungai ternyata ketika mereka BAB di sungai terbiasa terjadi transaksi pekerjaan, perjodohan dll, sehingga walaupun dibuatkan tempat BAB yang baik mereka tetap akan kembali disungai
jika dilihat dari aspek umur,maka ada perbedaan golongan penyakit berdasarkan golongan umur.misalnya dikalangan balita banyak yang menderita penyakit infeksi, sedangkanpada golongan dewasa atau usia lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis.demikian juga dengan  aspek golongan menurut jenis kelamin,dikalangan wanita lebih banyak menderit kanker payudara,sedangkan pada pria,lebih banyak menderita kanker prosat. begitu juga dengan jenis pekerjaan,dikalangan petani lebih banyak menderita penyakit cacingan,karena aktifiasnya banyak dilakukan disawah,sedangkan pada buruh tekstil lebih banyak menderita penyakit salura pernafasan karena banyak terpapar debu. keadaan sosial ekonomi juga mempengaruhi pada pola penyakit,bahkan juga berpengaruh pada kematian, misalnya angka kematian lebih tinggi pada golonga yang status ekonominya rendah dibandingkan dengan status ekonominya tinggi. demikian juga obesitas lenih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan status ekonoinya tinggi.




2.2 Aspek social  yang mempengaruhi Perilaku/ status  kesehatan
G.M. Foster  (1973 ) mengatakan ada beberapa aspek budaya yang mempengaruhi kesehatan seseorang diantaranya :

A.    Tradisi terhadap Perilaku kesehatan
Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan misalnya tradisi merokok bagi orang laki2 maka kebanyakan laki2 lebih banyak yang menderita penyakit paru dibanding wanita.
Tradisi wanita habis melahirkan tidak boleh makan ikan karena ASI akan berbahu amis, sehingga ibu nifas akan pantang makan ikan.

B.    Pengaruh sikap fatalistis terhadap perilaku/status kesehatan
Sikap fatalistis arti sikap tentang kejadian kematian dari masyarakat Hal ini adalah sikap fatalism yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan,beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan,dan sakit atau mati itu adalah takdir,sehingga masyarakat kurang berusaha untuk mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit,atau menyelamatkan seseorang dari kematian. Dan juga sangat sulit menyadarkan masyarakat untuk melakukan pengobatan disaat sakit.

C.    Pengaruh sikap ethnocentris terhadap perilaku kesehatan
Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya kelompok adalah yang paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik. Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana  mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri.
Contoh lain : Seorang perawat/ dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak.

D.    Perasaan bangga pada statusnya
Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai dengan konsep kesehatan. hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme.
 Misal : orang bangga kalau dapat makan dengan beras yang putih, makan lauk penuh dengan lemak seakan-akan sebagai lambang kemakmuran. Orang akan bangga apabila makan Burger dibanding makan ikan kutuk/ lele.
                             
E.    Pengaruh Norma terhadap perilaku kesehatan
Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dibidang kesehatan, karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai bentuk perilaku yang baik.  Misal ; adanya norma bahwa laki2 tidak boleh bersalaman dengan Perempuan yang bukan mukrimnya, sehingga seorang wanita apabila periksa bagian tubuhnya harus dilakukan oleh dokter wanita, sampai pada pemberian alat KB IUD, suntik harus dilakukan oleh dokter wanita, bahkan untuk periksa wanita hamil harus oleh dokter wanita.
Norma dimasyarakat sangat mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakatnya yang mendukung norma tersebut.

F.     Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan
Nilai yang berlaku  dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku individu masyarakat, kerena apa tidak melakukan nilai maka diangga tidak berperilaku “ pamali” atau “ Saru “. Nilai yang ada dimasyarakat tidak semua mendukung perilaku sehat. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehata.
Ø  Nilai yang merugikan kesehatan à arti anak yang banyak akan membawa rejeki sendiri sehingga tidak perlu lagi takut dengan anak banyak.
Ø  Nilai yang mendukung kesehatan à tokoh masyarakat setiap tutur katanya harus wajib ditaati oleh kelompok masyarakat, hal ini tokoh masyarakat dapat di pakai untuk membantu sebagai key person dalam program kesehatan. RRT kalau punya anak lebih satu didenda

G.  pengaruh unsur budaya yang diajarkan pada tingkat awal dari proses sosialisasi dalam menciptakan perilaku kesehatan
 Pada tingkat awal proses sosialisasi,sebaiknya seorang anak mulai diajarkan karena nantinya akan menjadi nilai/ norma masyarakat. Misalnya: anak harus mulai diajari sikat gigi , buang air besar di kakus, membuang sampah ditempat sampah, cara makan/ berpakaian yang baik  sejak awal, dan kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah.

H.   pengaruh konsekuensi dari inovasi kesahatan terhadap perilaku kesehatan
Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan selalu dinamis artinya  setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya. apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi outcome dari perubahan yang  telah direncanakan.
Artinya seorang petugas kesehatan kalau mau melakukan perubahan perilaku kesehatan harus mampu menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan diyakini  bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas kesehatan yang benar.





BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
                   Untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi lebih baik. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber social, budaya dan personal. Dengan teori Blum ini kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk, dan juga hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan cara memperbaiki 4 aspek utama  kesehatan, yaitu genetik, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.
3.2 Saran
            Melihat kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka perlu peran aktif semua pihak dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat,.Penyedia layanan kesehatan, masyarakat, pemerintah dan perusahaan perlu menjabarkan peta jalan pengembangan kesehatan masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan.,Dibutuhkan kerjasama dalam merumuskan dan mengembangkan program kesehatan masyarakat sesuai karakteristik daerah setempat sehingga tahap perubahan menuju masyarakat sehat  dalam pengelolaan kesehatan masyarakat menjadi bagian kesadaran dan pengetahuan masyarakat dan pada akhirnya memiliki self belonging bahwa kesehatan merupakan milik dan tanggung jawab bersama. Selain itu, pola penyegaran, pembinaan, pemberdayaan dan penguatan jaringan organisasi Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, UKS/UKGS dan PMR sangatlah penting didalam mengembangkan sistem kesehatan masyarakat dengan tujuan menuju masyarakat sehat dan sejalan dengan melibatkan masyarakat semaksimal mungkin. Dengan partisipasi semaksimal mungkin dari organisasi aktif yang berada di masyarakat seperti Kader Posyandu, PKK, Taruna Karya, Pramuka, Sarjana Penggerak Pedesaan dan organisasi lainnya serta didukung oleh MUSPIDA setempat

DAFTAR PUSTAKA

1.   Green, 1980, Health Education Planning, A Diagnostic Approach, The John Hopkins University, Maryland, Mayfield Publishing Company
2.   Elling, Socio Cultural Influences On Health and Health Care
3.      Foster, 1973, Traditional Societes in Technological Change
4.      Elling,Ray,H,socio cultural influences on health and helth care
5.      Foster,G,M, traditional societes in technological change,1973.Loentjaraningrat,pengantar anthropologi,1996
6.  Notoatmodjo,Soekidjo,promosi kesehatan teori dan aplikasi,edisi revisi,rineka cipta,Jakarta,2010
12. http://zahra-sanjaya.blogspot.com/2012/06/makalah-aspek-sosial-budaya-yang.html

2 komentar: